Kebudayaan
yang menunjang, memupuk, dan memungkinkan perkembangan kreativitas disebut
kebudayaan “Creativogenic”.
Ada sembilan
faktor sosiokultural yang “Creativogenic”
( Arieti ) :
§ Tersedianya sarana kebudayaan,
seorang penyanyi seperti Agnes monica akan sulit mengembangkan bakatnya di
tahun 1945 andaikata ia hidup dalam lingkungan dimana tidak ada kemungkinan
untuk mempelajari vocal walaupun dia berbakat.
§ Keterbukaan terhadap
rangsangan kebudayaan, media kebudayaan
sebaiknya terbuka bagi semua lapisan masyarakat dan tidak bagi golongan
tertentu saja.
§ Penekanan pada becomin tidak hanya pada being , manusia yang kreatif menyadari
bahwa kreativitas adalah sesuatu yang tumbuh dan membutuhkan masa depan atau masa
kini.
§ Memberikan kesempatan
bebas , tidak ada diskriminasi.
§ Kebebasan , dengan
pengalaman tekanan dan rintangan sebagai tantangan.
§ Menghargai dan dapat
mengintegrasi rangsangan dari kebudayaan yang berbeda.
§ Toleransi dan minat
terhadap pandangan yang divergen.
§ Interaksi antara pribadi –
pribadi yang berarti.
§ Adanya insentif, berupa
penghargaan atau hadiah.
Kesembilan
faktor tersebut hanya merupakan faktor penunjang atau ketidakhadirannya
merupakan faktor penghambat tetapi yang paling menentukan adalah unsur – unsur
intrapsikis individu, seperti rasa aman dan bebas secara psikologis.
Menurut Simonton masa perkembangan
anak dan remaja sampai dewasa cenderung lebih nyata dipengaruhi oleh kejadian
eksternal. Ia menemukan tujuh perubah yang mempengaruhi perkembangan
kreatif seseorang :
§ Pendidikan formal.
§ Adanya model peran.
§ Zeitgeist , adanya
pengaruh dari iklim mental pada kala waktu tertentu dalam sejarah.
§ Fragmentasi politis,
adanya berbagai negara bagian yang independen dalam suatu peradapan,
menimbulkan perbedaan kultural yang sangat mempengaruhi perkembangan
kreativitas.
§ Keadaan perang
§ Gangguan sipil, misalnya
pemberontakan rakyat,pertentangan dapat mempuyai pengaruh potensial yang
negatif bagi perkembangan kreativitas.
§ Ketidakstabilan politis,
merugikan perkembangan kreativitas karena untuk menjadi seorang yang kreatif
seseorang harus menghayati dunianya dan mengendalikannya.
Menurut Selo Soemardjan, kemampuan kreatif seseorang tidak
pernah lepas dari pengaruh kebudayaan dan masyarakat yang mengelilinginya.
Timbul, tumbuh, dan berkembangnya suatu kreasi yang diciftakan oleh individu
tidak luput dari pengaruh masyarakat dimana individu itu hidup dan bekerja.
Disamping itu peranan teknologi dalam suatu kebudayaan juga dapat membatasi
atau meluaskan kreativitas. Teknologi yang sudah mencapai tingkat perkembangan
yang tinggi membuka kemungkinan yang luas untuk kreativitas bisa timbul dan
berkembang dalam suatu masyarakat.
Menurut Senada dan Carl Roger salah
satu persyaratan utama bagi berkembangnya kreativitas suatu bangsa adalah
adanya kebebasan ( berfikir, mencifta ) baik dalam bentuk vertikal maupun
secara horizontal.
Memanfaatkan
Sumber dalam Masyarakat
Koordinator
program sebagai pengelola dapat melakukan/merencanakan kegiatan sebagai berikut
:
§ Menyediakan bus untuk
membawa siswa kelapangan.
§ Menghubungi perhimpunan
orang – orang yang lanjut usia sebagai mentor untuk siswa.
§ Menghubungi orangtua yang
dapat mengajar dalam bidang minat tertentu.
§ Memanfaatkan fasilitas
perusahaan yang dekat dengan sekolah yang memberikan kesempatan belajar berupa
pelatihan
§ Menggunakan tape recorder
untuk menjelajah daerah tertentu.
§ Mengunjungi stasiun
televisi.
Akhir – akhir ini makin tampak peran serta masyarakat untuk
memupuk bakat dan talenta siswa berbakat dalam berbagai bidang seperti
menyelenggarakan kursus, pelatihan, sanggar, dan sebagainya.
Untuk membantu setiap pribadi menjadi aktif yang perlu
digalakkan adalah kerja sama tiga lingkungan pendidikan ( sekolah, keluarga ,
dan masyarakat ) dalam pengadaan berbagai alternatif program pendidikan anak
berbakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar