Manusia
sepanjang hidupnya sebagian besar akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan yang utama yaitu keluarga , sekolah , dan masyarakat. Ketiga hal ini
biasanya disebut sebagai tripusat pendidikan yang fungsinya sebagai alat bantu
bagi anak untuk mengembangkan kreativitas yang ada pada dirinya. Keluarga
adalah lingkungan yang pertama dan terpenting bagi anak. Dalam keluarga
orangtua mengajar anak hal – hal dasar seperti melatih dan memberi petunjuk
tentang berbagai aspek kehidupan, keluarga juga sebagai pemuas emosional
terhadap anak seperti mendapatkan kasih
sayang, perhatian, dll. Semuanya menjadi perhatian orangtua sampai anak menjadi
dewasa dan berdiri sendiri.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Dacey ( 1989 ) karakteristik keluarga yang kreatif dalam mengembangkan
kreativitas anak adalah Aturan perilaku yang ditetapkan orangtua, Masa kritis
yang dialami keluarga, humor, perumahan, dan gaya hidup orangtua. Ia menyatakan
bahwa ada perbedaan kreativitas anak yang nyata antara keluarga yang
kreativitasnya rendah dan tinggi. Dari penelitiannya ini dia menyimpulkan bahwa
keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan yang
paling utama dalam pengembangan kemampuan kreatif anak.
Di keluarga saya orangtua tidak
terlalu menetapkan banyak aturan untuk dipatuhi oleh setiap anggota keluarga.
Orangtua saya mengunakan pola asuh demokratis, kerjasama antara orangtua dan
anak. Anak diakui sebagai pribadi tetapi tetap ada bimbingan dan pengarahan
dari orangtua. Kontrol dari orangtua juga tidak terlalu kaku. Kami bebas
melakukan dan mengekspresikan hal – hal yang mampu kami lakukan tetapi kami
juga harus betanggungjaawab terhadap apa yang kami lakukan dan kerjakan.
Keadaan keluarga
saya memang tidak seperti semua faktor yang disampaikan oleh Dacey (1989) , orangtua saya tidak
Humoris, khususnya ayah saya. Dia adalah seorang yang tidak banyak bicara. Kami
juga tidak berada di perumahan yang ramai. Kami tinggal di sebuah desa
yang penduduknya tidak terlalu banyak
pada waktu itu, disekitar rumah saya tidak ada tetangga hanya ada rumah kosong
dan pepohonan saja sehingga ayah saya banyak membuat hasil kreasi di halaman rumah
saya, seperti membuat ayunan, tempat duduk untuk bersantai di halaman rumah,
dan beberapa tempat bunga. Karena memperhatikan hal itu, saya pun ikut membuat
sebuah tempat duduk yang disandarkan pada sebuah pohon mangga di depan rumah
saya. Saya membuatnya dengan papan bekas yang ada dibelakang rumah, saya juga
sering membuat taman kanak-kanak sendiri dengan permainan seadanya yang bahan
pokoknya itu adalah papan bekas. Saya mengajak teman-teman saya untuk bermain
dirumah saya sepulang sekolah. Orangtua saya percaya akan hal- hal yang ingin saya
lakukan seperti : ikut kelompok tari di sekolah dan perlombaan puisi. Mereka
mendukung dan menyediakan baju tari ( press ) sehingga saya bisa ikut
pertandingan tari antar SD pada waktu itu. Orangtua saya juga tidak menekankan
pada hasil raport kami disekolah tetapi walaupun demikian saya, kakak, dan
abang saya tetap mendapat prestasi yang bagus di sekolah. Kakak saya juga
pandai dalam hal tari sehingga saya sering belajar dengan kakak saya bahkan
kami penah bertanding bersama di acara kelompok tari untuk perayaan 17 agustus
.
Menurut Amabile, ciri-ciri sikap
orangtua yang memupuk krativitas anak adalah dengan memberikan kebebasan kepada
anak, menghormati keunikan anak,mempunyai hubungan emosional yang tidak
menyebabkan ketergantungan,orangtua lebih menghargai prestasi dibandingkan
dengan angka semata-mata, orangtua itu sendiri aktif, mandiri, menghargai
kreativitas anak serta menjadi model untuk anak.
Hubungan saya dan orangtua sangat
dekat, terlebih karena saya adalah anak bungsu. Karena hubungan yang sangat
dekat itu, saya sangat merasakan sikap orangtua saya yang selalu menghargai
setiap prestasi yang saya capai, ketika prestasi saya menurun mereka selalu
mendukung dan menghargainya. Keaktifan orangtua saya dalam bersosialisasi
khusunya di gereja sangat membantu saya untuk mengembangkan kreativitas saya,
saya menjadi berani dan sering bernyanyi di setiap kegiatan gereja, menjadi song leader bersama teman-teman saya.
Karena kebiasaan itu, Di kampus saya juga sering di sharingkan menjadi Song Leader di kebaktian Psikologi dan
acara kebaktian se – USU, saya juga bergabung di kelompok koor angkatan 2012.
Selain keluarga, Sekolah juga berperan
terhadap pengembangan kreativitas anak. Semakin maju suatu masyarakat, semakin
penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk kedalam
proses pembangunan masyarakat. Semua anak di sekolah memerlukan guru yang baik
dan yang berbakat demi tercapainya tujuan instruksional dalam pengembangan
kreativitas anak.
Menurut Maker (
1982 ) karakteristik guru berbakat dibagi dalam 3 bagian : filosofis ( cara
guru memandang pendidikan mempunyai dampak terhadap pendekatan mereka terhadap
mengajar) , Profesional (Meliputi strategi untuk mengoptimalkan belajar siswa
berbakat, keterampilan bimbingan) , Pribadi (Karakteristik pribadi guru anak
berbakat meliputi motivasi, kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran, minat
luas, dan kelenturan)
Dari karakteristik yang disebutkan
oleh Maker tidak semua guru disekolah saya memenuhi karakteristik di atas.
Waktu saya di Sekolah Dasar, hanya Guru agama saya yang memenuhi ketiganya.
Banyak strategi yang ditetapkan oleh beliau untuk menjadikan kami menjadi
seorang pribadi yang kreatif, beliau menetapkan proses belajar yang menarik. Ia
selalu membuat materi pelajaran menjadi sebuah cerita, dan kemudian kami
diunjuk untuk menceritakan kembali materi tersebut, apabila waktu yang
disediakan tidak mencukupi kami disuruh untuk menulis ulang cerita tersebut di
rumah. Ketika cerita yang kami sampaikan tidak seperti yang beliau inginkan,
beliau tidak mematahkan semangat, ia memberikan pujian “BAGUS” untuk kami agar
kami semakin termotivasi untuk selanjutnya.
Pada saat saya
SMP, mata pelajaran yang paling saya gemari adalah Kesenian. Di mata pelajaran
ini kami bebas membuat hasil kreasi kami sendiri, seperti membuat karya dari
daun sanggar, membuat miniatur rumah dari gabus, dll. Saya menyukai mata
pelajaran ini karena gurunya yang memberikan kebebasan untuk kami
mengekspresikan diri. Beliau memberikan semangat untuk kami agar kami semakin percaya
diri untuk terus menciptakan hasil kreasi yang menarik.
Pada saat saya
SMA, kebebasan yang bertanggung jawab semakin saya dapat. Sebagian besar guru
saya telah mencapai karakteristik yang disebutkan oleh Maker. Yang paling
menarik adalah proses pembelajaran yang ditetapkan oleh ibu JS ( guru Biologi )pada
waktu itu. Beliau berkata “ sebentar lagi
kalian akan masuk ke dunia perkuliahan, untuk itu kita meniru sedikit proses
pembelajaran yang ditetapkan diperkuliahan agar kelak kalian terbiasa ketika sudah masuk ke dunia perkuliahan”. Beliau
membagi kelompok untuk presentasi disetiap pertemuannya. Kami diajarkan cara
berpresentasi yang benar ( tidak gugup, Fokus ), kami diajarkan untuk menjadi
seorang yang kreatif dalam membuat slide, penyampaian materi, dll. Beliau
memberikan motivasi untuk kami. Ketika kelas mulai terlihat membosankan beliau
membuat Humor yang menjadikan kelas menjadi fress
kembali. Di semester berikutnya beliau menetapkan proses pembelajaran yang baru
bukan metode presentasi lagi. Setiap kelompok yang telah diberikan sub-bab
diharapkan mampu menjadikan materi tersebut menjadi sebuah lagu yang dapat
dinyanyikan kelompok di depan kelas dengan syarat materi saling berhubungan.
Metode yang ditetapkan ini semakin menumbuhkan sikap kreatif kami dalam
mengatasi masalah yang diberikan.
Di samping itu Ekstrakulikuler
dan organisasi yang disediakan oleh sekolah juga sangat membantu untuk sarana
pengembangan kreativitas seperti english
club, teater, pramuka, brimantala, skk , dll
Pada kenyataannya guru tidak dapat
mengajarkan krativitas , tetapi ia dapat memungkinkan kreativitas itu muncul,
memupuknya dan merangsang pertumbuhannya.
Demikianlah yang
dilakukan oleh guru – guru saya, mereka memang tidak mengajarkan kreativitas
itu , tetapi mereka mendisign proses pembelajaran yang bertujuan untuk
memunculkan dan menumbuhkan kreativitas yang ada pada siswa/i nya.
Faktor ketiga yang menjadi faktor
pendukung kreativitas anak adalah masyarakat, masyarakat sebagai pusat
pendidikan ketiga setelah keluarga dan sekolah ini mempunyai sifat dan fungsi
yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dari
keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta jenis-jenis budayanya. Masalah
pendidikan di keluarga dan sekolah tidak bisa lepas dari nilai – nilai sosial
budaya yang dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat.
Menurut Silvano Arieti (1976)
kebudayaan “ Creativogenic ” adalah
kebudayaan yang menunjang, memupuk, dan memungkinkan perkembangan kreativitas.
Arieti mengemukakan sembilan faktor sosiokultural yang “ Creativogenic ” diantaranya Tersedianya sarana - prasarana
kebudayaan, keterbukaan rangsangan kebudayaan, penekanan pada becoming , kesempatan bebas terhadap
media kebudayaan,adanya intensif / hadiah yang diberikan, dll.
Lingkungan tempat saya tinggal tidak
terlalu mendukung dalam meningkatkan kreasi yang saya miliki. Hanya gereja dan
kegiatan yang dilaksanakan masyarakat yang bisa menjadi tempat untuk saya dalam
mengembangkan kreativitas. Sedikit lembaga-lembaga yang membuka kursus untuk
anak – anak di tempat saya tinggal, tidak ada pelatihan yang diprogramkan untuk
anak.
Menurut Simonton, pentingnya kondisi
sosialkultural terhadap kreativitas , mengarahkan perhatian kita terhadap
pengaruh dalam kebudayaan kita yang dapat memudahkan atau menghambat
pengembangan kreativitas selama tahun – tahun formatif dari pertumbuhan bakat
anak.
Menurut soemardjan (1981) kemampuan
kreatif individu tidak bisa lepas dari pengaruh kebudayaan dan masyarakat yang
mengelilinginya. Timbul dan tumbuhnya kreativitas dan selanjutnya berkembang
tidak luput dari pengaruh masyarakat dimana individu itu hidup dan bekerja.
Lingkungan tempat saya tinggal memang
tidak menjadi penghambat untuk menjadi wadah dalam menunjukkan kreativitas yang
saya miliki, tetapi karena fasilitas yang terbatas kemampuan yang saya miliki
tidak begitu berkembang. Masyarakat sekitar hanya bisa memberikan apresiasi dan
dukungan untuk saya dalam melakukan suatu hal.
Ketika saya masuk SMA dan pindah ke
Siantar semuanya semakin lengkap. Fasilitas yang ada sangat banyak seperti
kursus tari, musik ,dll ada juga lembaga seperti perusahaan tertentu yang
datang ke sekolah untuk mensponsori kegiatan – kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah. Dengan adanya sponsor yang memberikan sarana untuk kami , kami semakin
mampu menjalankan program – program estrakurikuler yang baik dalam pengembangan
kreativitas yang kami miliki. Seperti yang disampaikan oleh Soemardjan bahwa
pengaruh masyarakat sangat penting. pada saat itu, saya ikut ekstrakulikuler English Club . Kami banyak merasakan peran masyarakat dalam pengembangan ekstrakulikuler tersebut. Peranan masyarakat tersebut antara lain :
Pelaksanaan Study Tour yang kami lakukan setiap semester.Kami pergi ke Tuk - tuk untuk melakukan tour yang tujuannya untuk melatih kemampuan berbahasa inggris kami anggota English Club terhadap turis-turis yang berlibur ke tempat tersebut. Dari pelaksanaan tour ini, ada peran masyarakat seperti yang disampaikan oleh Arieti , yaitu tersedianya sarana kebudayaan. Dalam hal ini kami bisa melakukan tour karena memang ada sarana kebudayaan yang mendukung kami untuk bisa melakukannya ( tempat wisata turis " Tuk-tuk " )
Ada peran masyarakat yang lain yaitu memanfaatkan sumber dalam masyarakat. Dalam menjalankan Study tour kami memanfaatkan sumber dalam masyarakat berupa bantuan dari kakak senior. Kami menghubungi kakak senior SMA N 2 yang telah berpengalaman dalam hal kegiatan yang dilakukan selama Study tour agar mereka dapat hadir dalam kegiatan yang kami jalankan dan memandu kami agar apa yang kami lakukan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan melalui kegiatan ini kami semakin dipupuk untuk menjadi pribadi yang kreatif.
Organisasi yang lain seperti Brimantala dalam mendaki gunung, Pramuka juga melakukan hal yang sama seperti yang kami lakukan. Tetapi berbeda hal nya dengan organisasi Teater. Di sekolah saya organisasi Teater lebih baik dalam proses sosialisaisinya dengan masyarakat sekitar. Karena Organisasi ini juga berhubungan dengan Acting , drama , dll. sehingga banyak organisasi/perusahaan yang terlibat dalam pengembangannya. contohnya studio Radio, Sanggar, perusahaan dalm bidang berfilman di Siantar, dll
Setelah pindah ke Medan fasilitas yang
ada juga sangat membantu. Saya bergabung di salah satu ekstrakulikuler di
kampus ‘Psychestra Harmony ( PH )’.
Melalui psychestra harmony saya bisa belajar bermain angklung.
Ekstrakulikuler ini semakin berkembang karena adanya apresiasi dari masyarakat
dan lembaga yang ada di kota Medan, seperti diundangnya PH di acara Halal
Bihalal, acara pentas seni yang diadakan oleh SAHIVA, dll.
Contoh lain dari peran masyarakat yang saya alami adalah ketika kami angkatan 2012 mata kuliah Antropologi mengadakan tour keliling Medan untuk melihat budaya - budaya yang terdapat di Medan, seperti tempat ibadah Budha " VIHARA" , Istana Maimun, dll. Berikut peran masyarakat yang saya alami dalam pengembangan kreativitas masyarakat :
1. Bus yang kami gunakan sebagai alat transportasi untuk melakukan tour merupakan salah satu sarana yang disediakan oleh masyarakat . Tanpa adanya bus tentu kami tidak dapat sampai ke tempat yang ingin kami tuju.
2. Izin yang diberikan oleh penanggung jawab tempat yang kami tuju merupakan salah satu peran masyarakat juga, dalam hal ini izin dari pihak yang bersangkutan .
Peran masyarakat
sangat membantu. Ketika masyarakat mendukung dan memberikan sarana tentu
kreativitas yang ada dalam diri individu dapat tersalurkan tetapi ketika masyarakat
tidak memberikan apresiasi maka kemampuan yang kita miliki dan keinginan yang
ada dalam diri kita ( Person ) tidak dapat tersalurkan karena tidak ada press ekstrenal.
Keluarga,
sekolah, dan masyarakat adalah tiga hal yang memang harus diperhatikan
keselarasannya agar anak dapat mengembangkan kreativitas yang dimiliki .
Sehingga kemauan yang ada dalam dirinya (
person ) dapat didukung oleh press dari
keluarga,sekolah, dan masyarakat jadi proses
yang dijalani dapat terlaksana sehingga menghasilkan produk yang kreatif.